Website JDIH Kabupaten Padang Pariaman
Mohon Tunggu ... ...

Cinque Terre

Pentingnya Etika Komunikasi bagi ASN di Media Sosial

11 December 2025 || Author : Admin


Penulis :
Tim Dokumentasi dan Informasi Hukum
Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Padang Pariaman

Perkembangan teknologi informasi membuat media sosial menjadi ruang komunikasi yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Di satu sisi, media sosial membuka peluang bagi ASN untuk menyebarkan informasi kebijakan, edukasi hukum, dan pelayanan publik secara cepat. Namun di sisi lain, penggunaan media sosial tanpa etika dapat menimbulkan masalah serius pelanggaran netralitas, penyebaran hoaks, pencemaran nama baik, hingga sanksi disiplin kepegawaian.
Karena itulah, etika komunikasi bagi ASN di media sosial menjadi sangat penting untuk dijaga dan diterapkan secara konsisten.
Landasan Etika ASN di Media Sosial
Pemerintah telah memberikan aturan yang jelas terkait perilaku ASN di dunia digital. Salah satu regulasi penting adalah Surat Edaran Menteri PANRB Nomor 137 Tahun 2018 tentang Penyebarluasan Informasi Melalui Media Sosial bagi ASN. Surat edaran ini menegaskan bahwa ASN wajib Menjunjung tinggi nilai dasar, kode etik, dan kode perilaku ASN.
Di dalam surat edaran tersebut juga diatur bahwa ASN tidak boleh:
•    Menyebarkan berita palsu (hoaks), fitnah, provokasi, radikalisme, terorisme, dan pornografi.
•    Menyebarkan konten yang mengandung SARA, ujaran kebencian, penghinaan, pencemaran nama baik, pemerasan, atau ancaman.
•    Menyalahgunakan informasi internal negara untuk keuntungan pribadi maupun kelompok.
•    Ketentuan ini menunjukkan bahwa etika komunikasi ASN di media sosial bukan hanya soal sopan santun, tetapi juga terkait langsung dengan kewajiban hukum dan disiplin kepegawaian.
Mengapa Etika Komunikasi di Media Sosial Penting bagi ASN?
a. Menjaga Citra dan Reputasi ASN
ASN adalah wajah pemerintah di mata masyarakat. Komentar yang kasar, provokatif, atau penuh kebencian di media sosial dapat merusak kepercayaan publik, bukan hanya terhadap individu ASN tetapi juga terhadap instansi dan pemerintah secara keseluruhan.
b. Mendukung Netralitas dan Profesionalisme
Media sosial sering menjadi arena perdebatan politik. ASN memiliki kewajiban untuk tetap netral, tidak berpihak kepada partai politik tertentu dalam kapasitasnya sebagai penyelenggara negara. Etika komunikasi membantu ASN membedakan peran pribadi dan peran jabatannya, sehingga tidak mencampuradukkan opini pribadi dengan posisi resmi sebagai aparat pemerintah.
c. Mencegah Penyebaran Hoaks dan Konflik Sosial
Regulasi menegaskan bahwa ASN harus memastikan kebenaran dan sumber informasi sebelum menyebarkan, serta dilarang memproduksi ataupun menyebarkan konten yang menimbulkan kebencian dan permusuhan berbasis SARA.
d. Melindungi Informasi Kedinasan dan Data Pribadi
Tanpa disadari, unggahan sederhana seperti foto di ruang kerja, dokumen di meja, atau percakapan internal yang discreenshot bisa mengungkapkan informasi kedinasan yang seharusnya tidak dipublikasikan.
Contoh Bentuk Pelanggaran dan Potensi Konsekuensi
Beberapa contoh perilaku di media sosial yang berpotensi melanggar etika dan aturan bagi ASN antara lain:
•    Mengunggah status yang berisi hinaan terhadap pejabat publik atau institusi pemerintah.
•    Membagikan tautan berita tanpa verifikasi yang ternyata berisi hoaks.
•    Menulis komentar bernuansa SARA yang memicu perpecahan.
•    Mengunggah foto dokumen kedinasan yang masih bersifat internal.
Surat Edaran MenPANRB ini menegaskan bahwa jika terjadi pelanggaran atas ketentuan penggunaan media sosial, ASN dapat dikenai sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sanksi tidak hanya berdampak pada karier ASN, tetapi juga dapat menimbulkan konsekuensi hukum pidana maupun perdata jika terkait dengan ujaran kebencian, pencemaran nama baik, atau kebocoran rahasia negara.
Media sosial adalah ruang publik baru yang tidak terpisahkan dari setiap individu. Di ruang ini, setiap kata, gambar, dan video yang dibagikan dapat meninggalkan jejak yang mempengaruhi kepercayaan publik terhadap pemerintah. Oleh karena itu, etika komunikasi bagi ASN di media sosial bukan sekadar pilihan, tetapi keharusan.